Risiko ada dimana mana , bisa datang kapan saja, dan sulit
dihindari.
Jika risiko itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk di kelola. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat memperoleh hasil yang optimal.
Jika risiko itu menimpa suatu organisasi, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugaian yang signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi tersebut. Karena itu risiko penting untuk di kelola. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko tersebut sehinga kita dapat memperoleh hasil yang optimal.
Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui
proses-proses berikut ini.
1. Identifikasi
risiko.
2. Evaluasi
dan pengukuran risiko.
3. Pengelolaan
risiko.
1. Identifikasi
Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko – risiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi . Ada beberapa teknik yang dilakukan untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak di inginkan/merugikan (peril). Sebagai contoh, kompor yang di taruh di dekat minyak tanah. Api merupakan sumber risiko, kompor yang di letakkan di dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan kecelakaan, bangunan yang mudah terbakar merupakan eksposur yang di hadapi perusahaan.
2. Evaluasi
dan pengukuran risiko
Langkah beikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan mudah untuk di kendalikan.
Ada bebrapa teknik untuk
mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut.
- Teknik perkiraanan probabilitas (kemungkinan)
misal risiko perusahaan kejatuhan meteor adalah 0.000000001 persen, sehinga risiko ini dapat di abaikan. Sedangkan risiko perusahaan terjadi kebakaran adalah 0,6 persen angaka yang perlu mendapat kan perhatian khusus. Dengan teknik ini kita dapat membandingkan risiko mana yang lebih besar probabilitas nya sehinga kita dapat memprioritaskan penanganan risiko.
misal risiko perusahaan kejatuhan meteor adalah 0.000000001 persen, sehinga risiko ini dapat di abaikan. Sedangkan risiko perusahaan terjadi kebakaran adalah 0,6 persen angaka yang perlu mendapat kan perhatian khusus. Dengan teknik ini kita dapat membandingkan risiko mana yang lebih besar probabilitas nya sehinga kita dapat memprioritaskan penanganan risiko.
- Teknik berikutnya adalah dengan mengevaluasi
dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan.
3. Pengelolaan
risiko.
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah mengelola risiko. Risiko harus di kelola.
Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian
yang besar. Risiko bisa di kelola dengan berbagai cara seperti :
a) Penghindaran
.Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko, tetapi carasemacam ini
barang kali tidak optimal sebagai contoh : Jika kita inging memperoleh
keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi
risiko tersebut.
b) Ditahan.
(Retention). Dalam beberapa situasi,
akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko tersebut.(menahan risiko
tersebut atau retention) sebagai contoh, misalkan seseorang yang baru saja
membeli sebuah mobil menolak untuk mengasuransikan mobil nya tersebut karna dia
berangapan bahwa asuransi terlalu repot dan sangat mahal sehinga pemilik mobil
lebih memilih menangung sendiri risiko apa bila terjadi sesuatu pada mobil baru
nya itu. Menangung sendiri risiko sama saja dengan menahan risiko atau risk
ritention.
c) Diversifikasi.
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehinga tidak
terkonsentrasi pasa satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh, kita
barangkali akan memegang aset tidak hanya satu, tetapi pada beberapa aset,
misal saham A, saham B, obligasi C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi
kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikomp0ensasi oleh
keuntungan dari aset lainnya.
d) Transfer
Risiko. Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu , kita bisa
mentransfer risiko tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko
tersebut. Sebagai contoh, kita bisa membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi
kecelakaan, perusahaan asuransi akan menangung kerugian dari kecelakaan
tersebut.
e) Pengendalian
Risiko. Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan, Sebagai
contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran, kita memasang alaram asap di
bangunan kita. Alaram tersebuta merupakan salah satu cara kita mengendalikan
risiko kebakaran.
f) Pendanaan
Risiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana “mendanai” kerugian yang terjadi jika suatu
risiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi kebakaran, bagaimana menangung
kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari asuransi, ataukah mengunakan
dana cadangan? Isu semacam itu masuk dalam wilayah pendanaan risiko.
Disamping proses manajemen risiko
di atas manajemen risiko suatu organisasi juga memerlukan infrastruktur baik
keras maupun lunak. Sebagai contoh manajemen risiko barangkali akan membutuhkan
sistem komputer untuk analisis risiko. Manajemen risiko juga memerlukan staf
dan struktur organisasi yang tepat . Infrastruktur Manajemen Risiko tidak di bahas secara khusus dalam artikel ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar